13 May 2015

Suka Duka Pengemudi Truck

} || []).push({});
Siang itu, tiga truk tronton beroda sepuluh dengan bobot bersih 10 ton dengan membawa muatan seberat 15 ton tampak memasuki halaman parkir depan pangkalan milik PT Lookman Djaja. Sebelumnya, tampak tiga truk boks tanggung, beroda enam terparkir berhadapan. Mereka parkir setelah memasuki halaman melalui jalan bertembok tebal, lokasi kantor perusahaan ekspedisi berjajar. Salah satu sopir truk, sebut saja Kolib, mengatakan enam truk akan berangkat ke Surabaya pada sore harinya. Biasanya sopir ditemani seorang kernet, dan seorang pengawal keamanan. Selain Kolib, ada juga Kardi. Keduanya sudah cukup lama menjadi pelintas jalur pantai utara Jawa atau pantura.


Kardi mengisahkan, upah yang diterimanya menjadi sopir di waktu dulu dinilainya lumayan besar. Dari hasil keringatnya, dulu Kardi bisa mengantongi uang hingga Rp7 juta per bulan. Apalagi di saat permintaan pengiriman barang seakan tak kenal henti. Namun demikian, penghasilannya yang dihasilkannya dari keterikatannya dengan jalanan kadang tidak bersisa. Maksimal, setiap pulang kampung, tempat keluarganya tinggal, di Pasuruan, Jawa Timur, Kardi hanya bisa membawa pulang Rp700.000.

Itu pun sisa uang operasional pengiriman. Ya, setiap sopir mendapat rezeki dari tiap komisi. Hasil selisih antara uang operasional dengan total biaya pengiriman yang meliputi makan sehari-hari, solar, dan biaya lainnya. Dengan hitung-hitungan itu, setiap sopir mendapat penghasilan beragam. Tentu saja ini bergantung pada pola hidup mereka sepanjang perjalanan pengiriman, dan ongkos hidup selama jauh dari rumah. Dalam sebulan, biasanya mereka mendapat empat kali tugas pengiriman,” terang Kardi.

Kala itu, Kardi yang tengah bersiap meninggalkan pangkalan Jakarta menuju Surabaya mendapat tugas untuk mengirimkan sekitar 2.000 dus susu keluaran Nestle. Setiap dus berisikan 24 kaleng. Truk dengan berat total 25 ton yang dikemudikan Kardi adalah satu dari ribuan truk yang melintas di pantura.

Lempar Korek
Kisah pahit manisnya menjadi sopir truk, dituturkan Toni. Sopir truk ini akrab dengan seputar dunia hitam jalanan, khususnya di jalur pantai utara (Pantura) Jawa. Menurutnya, hingga saat ini, masih terdapat banyak teror kejahatan, umumnya dilancarkan komplotan preman yang  justru terlibat di bisnis pengawalan barang. Mereka saling serang terhadap kelompok lain, sasarannya adalah truk pengiriman yang memakai jasa pengamanan komplotan lawan.


Selain itu, bagi Toni tak ada keadilan dan kejujuran di jalanan. Pasalnya, saat ini masih sarat pungutan liar, terutama yang dilakukan oknum aparat Polantas. Begitupun halnya pelaksanaan peraturan yang terdapat di jembatan timbang, oknum petugas perhubungan senantiasa membiarkan truk bermuatan lebih melintas, asalkan ngemel—istilah untuk membayar secara ilegal.

Truk dengan bobot berlebih memang  kerap melintas di jalur Pantura. Abah, nama samaran sopir truk trailer yang juga penulis tumpangi contohnya. Sopir truk senior ini bahkan mengemudikan truk trailer memiliki kekuatan mengangkut maksimal bawaan mencapai 40 ton, berat truk dengan bobot 18 ton yang ditopang 18 ban penggerak.

Barang yang dibawanya peranti printer dan sendal produksi pabrik dengan tujuan pengiriman Surabaya. Untuk sampai di tujuan, truk trailer bisa menghabiskan lebih dari 300 liter solar.
Selama seperjalanan dengan Abah, kecepatan laju truk bergerak naik turun di antara 40 km dan 60 km.

Menariknya, setelah 3 km melintasi tol, di satu simpang keluar, sedan putih bergaris biru, berkerlap-kerlip dengan raungan sirine dan dim menyalak. Dari kejauhan, Abah mengamatinya. Dia mengatakan, itulah oknum petugas yang menunggui truk barang yang siap menerima jatah uang yang dilempar melalui selongsong korek api. Besaran lemparan setiap korek ini bisa berkisar Rp5.000—Rp20.000. Selama perjalanan menuju Cikampek, biasanya ada enam mobil petugas polisi. Keenam mobil tersebut selalu sigap, jika ada truk muatan yang alpa melempar korek.

Bukti bertebaran di jalan. Banyak truk yang membawa muatan menggunung, melebihi batas tonase bebas melintas. Terlebih sesaat akan memasuki pintu tol Cikarang Utara. Seketika, Abah menghentikan laju. Saya diminta mengamati seberang jalan, dan di arah sebaliknya, terdapat tiga truk bermuatan yang tampak melebihi batas tersebut sedang dihentikan petugas patroli.

Dari jarak sekitar 100 meter, saya mengamatinya, namun sulit menerka apa truk-truk tersebut memang kena ‘palak’ petugas, atau petugas tersebut menjalani tilang sesuai prosedur yang benar.
Abah tampak ingin mengetahui kesimpulan saya. “Bagaimana, percaya kan, kalau polisi sering meminta uang kepada sopir?” tanyanya.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Terima Kasih